Rabu, 08 Februari 2006

Dari Masa Lalu

 Aku melihat diriku ada di masa lalu

Dan selalu seperti itu
Sementara aku merasa kau ada di masa depan
Yang aku yakini, kau sedang menantiku di sana
Menanti aku memasuki masa depanku untuk menemuimu
Yang aku tahu, aku pesimis akan masa depan itu
Aku yang tengah pesimis dapat menemukanmu

Entah kau tahu atau tidak
Setiap kali aku menatap ke depan sana, mataku berjelaga
Saat kemungkinan terindah tak mampu kukhayalkan
Dan kemungkinan terbesar di depan terlalu kutakutkan

Mungkin aku akan sangat berduka
Namun di sana akan ada lega
Saat ku dapat menatapmu meraih indah dunia
Meraihnya bukan bersamaku

Andai kau restui
Biarkan aku menikmati perihku sendiri
Tak usah kau turut menemani
Sungguh aku tak pernah tega menyaksikan kau turut berduka
Turut larut dalam kecewa menghadapi garis hidupku

Dan aku selalu berdoa
Kelak kau akan menjadi dewi surga
Bahagia dan membahagiakan
Dan aku hanya ada di masa lalumu
Menatap kau tersenyum
Masa depan terindah itu adalah layak untukmu
Dan takkan mungkin kau dapati jika terus bersamaku

Ya, garis hidupmu adalah bahagia tanpaku
Cukup enyahkan aku
Itulah cara termudah untuk dapatkan cerah
Jika benar kau seorang kasih yang pandai

Buatlah aku lega menyaksikan kau bahagia
Bahagia bercengkrama dengan masa depan terindah
Biarkan aku hanya tersenyum menatapmu dari sini
Dari masa lalu…

Kembali Nestapa Menjadi Milik Jiwa

 Sungguh, kuyakin ia mampu rasakan cinta ini

Dan seyakin itu, ia tak mampu rasakan perih ini
Mengharap cintaku, sementara kuberperang melawan nasib
Mungkin ia tak pernah tahu, atau sekedar berpura-pura tak tahu
Mungkinkah ia tak peduli?

Dan tepat di pintu antar dimensi, kini aku berdiri
Menatap setiap negosiasi hati
Lalu ada sesuatu yang memaksaku memilih satu

Membahagiakannya, itu cita-cita terbesarku saat ini
Sungguh enggan jika harus berbagi perih
Tapi bahagia yang mana dalam hidupku yang mampu kubagi?
Sementara aku tersesak dalam realita hidup yang nestapa sejak lama

Atau haruskah aku khabarkan derita ini padanya?

Bisa mencintainya adalah kebahagian
Tapi, cukupkah hanya itu untuknya?
Sementara cinta ini belum tentu sempurna

Atau haruskah aku berlari menjauh?

Atau haruskah aku terus berbohong menghadapi kenyataan?

Ah, kembali untuk sesaat aku menjadi membenci diri
Dan tak lama, aku tersadar pada arti dewasa
Begitu terus berulang

Dan aku tak pernah berani menerka seperti apa akhir dari ini semua…

Mungkinkah kelak aku akan menjadi dewa?
Atau seorang gila?

Uh!
Kembali nestapa menjadi milik jiwa

Dimatanya Tak Lagi Ada Cinta

 Dimatanya tak lagi ada cinta

Entah dengan hatinya
Yang aku tahu, kata-kata rindu tak lagi mampu meronakan wajahnya

Dimatanya tak lagi ada cinta
Entah dengan hatinya
Yang aku tahu, belaian tulus tak lagi mampu damaikan gelisahnya

Dimatanya tak lagi ada cinta
Entah dengan hatinya
Yang aku tahu, rayuan syahdu tak lagi mampu jinakkan liarnya

Dimatanya tak lagi ada cinta
Entah dengan hatinya
Hanya itu yang aku tahu…

Inilah Cintaku Untukmu, Shanna

 Ada cinta yang kubenci, ada benci yang kucinta

Ada sebuah kejujuran yang menyakitkan, ada kebohongan yang membahagiakan
Dan seorang wanita bernama Shanna telah terlanjur untuk kucinta
Namun kemarin malam ia berkata-kata, kata-kata yang membuatku kecewa

Shit! Luka yang diberikannya telah menghalangi pandanganku pada masa lalu
Masa lalu yang indah, ketika ia dan aku melupakan semua
Shit! Kejujuran itu terlalu menyakitkanku
Kenapa? Kenapa ia setega itu?
Lalu dengan geram kuhempaskan ia
Aku terpukul oleh kenyataan!
Dan kutahu ia pun tersisihkan?

Lalu tadi malam ku tertidur tanpa ia dalam mimpiku
Adakah ku telah sebegitu dalam membencinya?
Hingga dalam mimpi pun ia tetap ku hempas?

Shit! Shit! Shit!
Tadi pagi ku tak lagi dapat menikmati kopi panasku
Gelasnya pecah ku hancurkan
Dan aku lelah merapikan rak buku yang kurusakkan!
Dan aku sesak oleh asap rokok yang terlalu banyak kuhisap!

Dan kini ku terlagi sulit tertidur

Foto Shanna di satu sisi hatiku sejak semula tak pernah berpindah
Kuterpandangi padanya
Shit! Foto itu tak turut hancur bersama remuknya hati
Dan aku terus dipaksa untuk menatapnya
Ada apa ini?

Oh, God?
Aku masih mencintainya?!

Dan sebuah bisik cinta mengalir lembut ditelinga ini
Menceritakan tentang segala masa lalu
Dan mengingatkanku pada cintaku sendiri

?Aku sudah tidak perawan lagi??
Gema itu kini terasa lembut?
Aku menjadi begitu menghargainya
Dan aku tersadar jika aku sedang diselimuti cinta, bukan lagi oleh hawa

Shanna?! Shanna?!
Aku cinta kamu?


Alangkah Indah Jika Aku Memiliki Harapan

 Takdirku jauh darimu

Melawan segenap rintihan hati
Mencipta bongkahan besar kecewa di jiwa
Tapi, siapa yang peduli?

Setiap sudut kamarku terpenuhi oleh sarang laba-laba
Menjadi hiasan terindah saat ku tak mampu lagi bergerak

Sejumlah semut hitam yang tak kuhitung berbaris rapi melintasi dinding kamar
Entah pulang dari berperang, atau bermigrasi mencari hunian baru
Namun, mereka seakan menari hendak menghiburku
Maafkan aku, semut-semut kecilku…
Aku tengah tak mampu tersenyum

Terciptalah juang untuk hidup
Atau hidup untuk berjuang?
Ah, aku tak mengerti
Dan memang tak pernah peduli

Saat pagi datang, ada yang berharap segera malam
Saat pagi datang, ada yang berharap selamanya tetap begitu
Aku tak peduli pada segala harap
Yang kupikirkan, alangkah indah jika aku memiliki harapan…

Revolusi Hati

 Maafkan, aku meneleponmu sepagi ini

Aku berpikir dingin udara pagi akan lebih bisa menyejukkan kepalamu
Dan tentunya otakmu belum dijejali oleh segala kontaminasi dunia
Maafkan aku…
Ya, tentunya kata maaf ini aku katakan setelah kau dengan kasar memakiku
Ternyata dugaanku salah
Kau justru merasa semakin risih terganggu oleh dering telepon dariku

Setengah jujur, aku mulai tak mengerti keinginanmu, setengahnya lagi adalah kebodohanku

Segalanya terasa berubah
Dan kini aku tengah ada dalam jengah

Segalanya memang bisa berubah, bahkan tanpa pernah diduga
Tapi entah dengan hatimu hari ini
Yang aku rasakan, ya, hanya yang aku rasakan, adalah kau telah berubah
Berubah dengan cepat!
Adakah ini adalah sebuah revolusi dari isi sebuah hati?

Kau Mati Saat Aku Mencintaimu

 Kau mati saat aku mencintaimu

Mencintai dengan cinta yang sangat

Kau pergi begitu saja dan berlalu
Bersisakan janji lirih yang kau ucap
Takkan kembali sekali dan selamanya

Kau pergi terlalu cepat
Sebelum mampu ku perlihatkan semua janjiku
Sebelum mampu ku buktikan semua ucapku
Kau tak memberiku cukup waktu untuk itu

Dalam pedih yang tiada pernah kurasa sebelumnya
Dalam sesak yang menghela langkah
Ku arungi hari tanpa tawa seorang Dhillah

Buta rasanya tanpa kau membimbing
Gelap rasanya tanpa kau menerangi
Sunyi rasanya tanpa kau menemani
Dan aku sendiri dengan cinta yang angkuh
Tak ingin berpaling dari cinta selainmu…

Aku yang tengah teramat mencintaimu
Kau tinggalkan mati…

Puisi Untuk Gadis Hantuku

 Ajaib…

Langka…
Berbeda…
Istimewa…
Dan sempurna…

5 kata itu selalu menjadi kunci saat kuingatmu
Hingga setiap waktu yang berlalu hanya terisi rindu
Dan setiap asa hanya ingin bersua

Gadis hantuku…
Kupastikan saat kesaktianku kembali, aku akan menjemputmu
Menerobos setiap pintu langit
Setiap gemuruh itu adalah lirihku panggil namamu
Setiap kilatan guntur adalah percepatan langkah kakiku

Takkan kubiarkan ada tangan yang kuasa memisahkan
Kulawan takdirku demi menggapai kembali malam yang pernah kulalui
Malam saat kau hadir mengejutkan aku dengan gaun putihmu
Kuhentikan waktu, hingga pagi takkan datang
Pagi dimana aku hanya bisa termangu, dan menyesali pergimu

Gadis hantuku…
Betapa kurindu pada senyum berhias taring indahmu
Rambut panjang tergerai suci, hingga angin sekalipun tak mampu menyentuhnya…
Wajah pucat itu penuh dengan cinta!

Tunggu aku, takkan lama…
Atau sudikah kiranya kau kembali turun ke dunia?
Temui aku yang semakin tua
Dengan rindu-rindu yang tertunda…